Mulut manis macam gula.
Bikin diabetes mereka yang mendengar.
Sayang, satu tutur pun tiada benar.
Sulam cantik dengan onar.
Bikin yang batil tersorok dan samar.
Sang permain jiwa,
Balasan Tuhan itu ada.
dipunah segala percaya
dibakar rentung segala rasa
dibuat jiwa lain merana
Tapi masih tiada rasa
Baginya ini semua biasa
Melihat air mata tumpah dan permain perasaan dia.
Sesal? Itu semua tidak pernah ada.
Ini hanya mainannya di kala bosan,
penuh hilai dan ketawa,
walau saat jiwa lain sengsara
Sang penglipur lara,
Andai tiba satu saat,
Terdetik penyesalan ikhlas,
Tersuara satu kata maaf dari hati,
Barulah susun kata maaf itu nanti..
Jika belum tiba saat itu
Kunci mulut dan ayat manis bersalut racun.
Simpan kata maaf palsu di hujung belati tajam yang diasah setiap hari..
Belati bersalut kaca itu yang ditusuk dalam dari belakang,
Tak siapa sedari darah dan nanah
Kerna aturan langkah kemas dari awal untuk memusnah.
Tuhan,
Lindungi kami dari kata penipuan
Lindungi kami dari sang pemusnah percaya,
Lindungi kami dari melakukannya dan daripada diperlakukan.
Sang penghancur rasa,
Ketahuilah...
Allah Maha Besar..
Dia Maha Adil.
p/s: puisi bersulam nasihat buat semua. :)