Salam.
masih ingat bagaimana sekeping puisi di bulan Ramadhan mengukir senyuman sepenuh hati,
dan senyuman ke telinga itu juga yang kau tangisi,
kerna khuatir ia bakal bikin hati terisi lebih dengan dia berbanding DIA.
khuatir melalaikan, khuatir rasa itu bukan milik dirimu yang hakiki.
khuatir ia semua adalah sementara.
dan sementara itu yang terjadi.
Tuhan.
Ampuni kami semua yang sering alpa.
Tuhan,
Bantulah kami mencintai- MU melebihi diri kami,
keluarga kami dan air yang dingin.
No comments:
Post a Comment